Latest News
Ads

SEJARAH TRADISI MEKOTEK SEBAGAI PENOLAKBALA

BALA
Pernahkah anda mendengaristilah "BALA" ?
"BALA" bisa diartikan juga dengan "MUSIBAH".


Nah karena keanekaragaman budaya dan kepercayaan di Indonesia tercinta kita ini, maka masih banyak pula yang mempercayai dengan eksistensi dari "BALA" ini.
Bagi mereka yang tidak percaya, mungkin tak ambil pusing dan ketika sedang mendapat musibah, hanya berusaha hadapi saja, tapi bagi mereka yang masih percaya dengan "BALA", maka mereka akan melakukan beberapa hal yang menyangkut dnegan Bala itu sendiri.
Salah satunya yaitu semacam "SEDIA PAYUNG SEBELUM HUJAN" alias "PENCEGAHAN".
Mereka akan melakukan pencegahan atas Bala, atau sebut saja "TOLAK BALA".

EMANG BISA?

hehe... bisa atau tidaknya, ini adalah kepercayaan masing-masing individu.

Di beberapa daerah ada banyak sekali cara tolak bala yang masih tergolong tradisional. Salahs atu yang paling heboh dan terkenal adalah TRADISI MEKOTEK.
Tujuan dari Upacara Adat Tradisi Mekotek ini adalah memohon keselamatan kepada Tuhan.
Selain mekotek, ada beberapa orang yang menyebutnya dengan istilah "NGEREBEK".
Lalu dari mana asal usul tradisi mekotek atau ngerebek ini?
Mekotek ini adalah warisan leluhur, adat budaya dan tradisi yang secara turun temurun terus dilakukan umat Hindu di Bali.
Jadi begini sejarah Tradisi Mekotek:
Pada awalnya pelaksanaan upacara Mekotek diselenggarakan untuk menyambut armada perang yang melintas di Munggu yang akan berangkat ke medan laga, juga penyambutan pasukan saat mendapat kemenangan perang Blambangan pada masa kerajaan silam.
Dahulunya upacara ini menggunakan tombak yang terbuat dari besi. Namun seiring perkembangan zaman dan untuk menghindari peserta yang terluka maka sejak tahun 1948 tombak besi mulai diganti dengan tombak dari bahan kayu pulet. Tombak yang asli dilestarikan dan disimpan di pura.
Mekotek sendiri diambil dari kata tek-tek yang merupakan bunyi kayu yang diadu satu sama lain sehingga menimbulkan bunyi.
So, selain sebagai simbol kemenangan, Mekotek juga merupakan upaya untuk menolak bala yang pernah menimpa desa puluhan tahun lalu.
Pelaksanaan Tradisi Mekotek :

UPACARA ADAT TRADISI MEKOTEK SEBAGAI PENOLAKBALA
 
Tradisi ini dilakukan oleh kaum pria, baik tua maupun muda yang ada di setiap banjar. Dimana para kaum pria tersebut akan membawa sebuah tiing (bambu) yang berukuran kurang lebih 3,5 cm. Sebelum tradisi ini dimulai, para pemain terlebih dahulu harus bersembahyang di Pura Desa Setempat. Kemudian, para pemain nantinya akan beriringan berjalan mengelilingi desa dan saling menyatukan tongkat yang mirip seperti galah sambil bersorak untuk meramaikan suasana, hingga akan membentuk formasi layaknya bangunan segi tiga yang menjulang ke langit sembari memukulkan tongkat bambu tersebut sehingga akan menghasilkan bunyi yang cukup keras.

Dan kini oleh masyarakat setempat, pelaksanaan tradisi mekotek tersebut diyakini sebagai salah satu ritual penolakbala. Tak hanya itu, sekarang ini tradisi mekotek telah dimasukkan ke dalam agenda wisata oleh masyarakat desa setempat. Sehingga diharapkan banyak wisatawan asing maupun domestik yang tertarik untuk menyaksikan pagelaran tradisi unik dan langka ini.

0 Response to "SEJARAH TRADISI MEKOTEK SEBAGAI PENOLAKBALA"

Like Us

More on this category »